Rabu, 21 Agustus 2013

Komplotan Antara Arab Saudi dan Perancis Mendukung Militer Mesir



Riyad (kabarkita) Sesudah Raja Arab Saudi, Abdullah, secara resmi mendukung militer Mesir melakukan pembantaian terhadap pendukung Mursi, sekarang giliran Menlu Arab Saudi, Saud al-Faisal, dan Perancis telah sepakat  memberikan "kesempatan," roadmap Jenderal al-Sissi, ungkap Al Arabiya Minggu, 19/8/2013.


"Kami  sepakat  memberikan kesempatan kepada konsep peta jalan penyelesaian krisisn di Mesir  memenuhikeamanan dan pemilihan umum dini," kata al-Faisal setelah bertemu dengan Presiden Perancis Francois Hollande.

Setelah menggulingkan Presiden  Mursi Mesir pada tanggal 3 Juli, Panglima militer Jenderal Abdel Fattah al-Sisimengumumkan roadmap yang mencakup penghentian sementara konstitusi, pemilihan presiden awal danpeninjauan amendemen konstitusi oleh para ahli danberbagai-macam golongan di Mesir .

Menlu Arab Saudi, Saud al-Faisal  menegaskna penggulingan pemerintah Mursi adalah permintaan mayoritas rakyat Mesir, tuturnya. 

"Ini bukan masalah kecil ketika 30 juta orang Mesir turun ke jalan untuk meminta Presiden Mursi untuk melakukanpemilihan dini dan memulihkan keamanan. Keamananterancam selama Presiden Mursi," katanya.

"Roadmap ini adalah satu-satunya kemungkinan yang berartibagi sebuah terobosan mengatasi krisis saat ini di Mesir,"ujar Hollande seperti dikutip oleh media Prancis.

Holande dan Saud al-Faisal keduanya menyerukanmemberikan kesempatan roadmap memulihkan ketertibandan mengatur pemilihan umum sesegera mungkin.

Hollande menyuarakan keprihatinan atas meningkatnya kekerasan di Mesir yang menewaskan ratusan orang dan melukai ribuan lainnya. "Jika kebebasan demonstrasi harus dihormati maka keamanan harus dihormati juga," tambahnya.
Rupanya Arab Saudi berkomplot dengan pemerintahan Sosialis Perancis yang dipimpin oleh Perdana Menteri Hollande, seorang tokoh kiri paling utama di Perancis, yang memenangkan pemilihan presiden beberapa waktu yang lalu.
Di bawah Hollande Perancis parlemennya mengesahkan UU yang membolehkan perkawinan sejenis. Sementara itu, Perancis mengirimkan ribuan pasukan elite ke Mali, bertujuan membebaskan Mali dari para pejuang Al-Qaidah yang sudah menguasai Mali Utara, dan bertekad ingin menegakkan Daulah Islam dan Syariah. Sekarang Mali luluh lantak, akibat invasi militer Perancis.
Sekarang Arab Saudi mencari legitimasi dukungan dari salah satu negara Uni Eropa yang strategis untuk mendukung tindakan militer Mesir yang sudah membantai ribuan Muslim Mesir. Sungguh Arab Saudi sangat tidak bermoral dalam melihat krisis  yang terjadi di Mesir. Hanya karena takut terhadap pengaruh Ikhwan.
Perancis salah negara Eropa yang pernah menjajah Timur Tengah dan Afrika berabad-abad, dan sekarang antara Perancis yang penjajah bersatu dengan Saudi yang ingin menenggelamkan kehendak Muslim Mesir yang ingin keluar dari rezim fasis yang sangat biadab dan terkutuk yaitu militer Mesir. mshd/wb

Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar